Monday, August 25, 2014

Gangguan Pendengaran



Pendahuluan

Telinga merupakan organ indera yang berperan dalam pendengaran dan keseimbangan tubuh. Bagian-bagian telinga memiliki peran masing-masing dalam mentransmisi bunyi serta dalam pengaturan keseimbangan. Namun, proses pendengaran bukan saja melibatkan organ telinga, tetapi juga melibatkan saraf dan sebagian dari otak. Tiap bagian yang terlibat ini memiliki fungsi tersendiri dalam mekanisme pendengaran. Oleh karena itu, kerusakan dari bagian tersebut akan mengakibatkan proses pendengaran terganggu. Gangguan pendengaran dapat berupa kerusakan pada organ telinga sendiri, pada mekanisme penghantaran dan penerimaan impuls melalui saraf, ataupun pada bagian otak yang berperan dalam proses pendengaran.  Kini terdapat berbagai cara untuk mendeteksi gangguan pendengaran, yaitu melalui test Schwabach, test Rinne dan test Weber. Setiap test memberikan hasil spesifik; tuli konduktif atau tuli perseptif.

Isi

I.            Struktur dan fungsi organ pendengaran
Ø  Telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu auris externa (telinga luar), auris media (telinga tengah), dan auris interna (telinga dalam). Auris externa dan media hanya berfungsi dalam pendengaran sedangkan auris interna berfungsi dalam pendengaran dan keseimbangan.1,2
Auris externa terdiri dari auricula atau helix, kanalis auditorius externus dan membrana tympani. Auricula atau yang dikenal sebagai daun telinga berfungsi untuk mengumpulkan bunyi. Auricular terdiri dari tulang rawan elastin yang berkelok-kelok dilapisi kulit. Di bagian ini terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kanalis auditorius externa atau meatus akustikus externa berfungsi untuk melokalisasi arah datangnya bunyi kemudian melanjutkannya ke membran tympani. Saluran ini adalah satu saluran yang dilapisi kulit, mengandung rambut, glandula sebasea, dan glandula seruminosa. Satu pertiga bagian luarnya adalah tulang rawan elastin sedangkan dua pertiga bagian dalamnya adalah tulang temporal.3 Glandula seruminosa pada meatus akustikus externa bercampur dengan glandula sebasea menghasilkan serumen yang berfungsi dalam mencegah serangga masuk dan bersifat bakterisid. Sementara itu, membran tympani (eardrum) adalah membran yang memisahkan auris externa dengan auris media, berfungsi untuk menghasilkan getaran bunyi. Membran tympani terdiri dari lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam.
Auris media terdiri daripada cavum tympani yang berisi udara, tuba Eustachii atau tuba auditiva dan ossicula auditiva (tulang-tulang pendengaran). Tuba Eustachii menghubungkan auris media dengan rongga pharynx dan berfungsi untuk menyamakan tekanan auris media dengan tekanan udara luar. Tuba ini terdiri dari epitel selapis gepeng berangsur-angsur menjadi epitel selapis kubus atau silindris, dan bersilia.3 Ossicula auditiva yang berantai berturut-turut dari luar ke dalam adalah malleus (gagang martil), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi). Malleus melekat pada membran tympani dan kepalanya bersandar pada incus. Kaki incus bersendi dengan stapes yang mempunyai lempeng kaki menutupi fenestra vestibuli yaitu lubang pada dinding labirin. 

Auris interna atau disebut juga sebagai labirin terdiri dari labirin pendengaran yaitu cochlea di bagian anterior dan labirin keseimbangan yaitu vestibulum di tengah dan kanalis semicircularis di posterior. Cochlea memilin membentuk spiral dua setengah putaran di sekitar sumbu yang dinamakan modiolus. Di dalam cochlea terdapat satu saluran yang dinamakan canalis cochlearis (scala media) yang berisi endolymphe. Saluran di atas ductus cochlearis dinamakan scala vestibulum sedangkan saluran di bawahnya dinamakan scala tympani. Kedua saluran ini berisi perilymphe.
Organ Corti, struktur yang mengandung sel rambut merupakan reseptor pendengaran berdiri atas membran basilaris pada skala media.1,2  Organ ini berjalan dari apeks ke dasar cochlea dan berbentuk spiral. Terdapat membrane tektoria yang tipis, liat, tetapi elastic yang menutupi barisan sel-sel rambut. Badan sel neuron aferen menyebar di sekitar dasar sel rambut terletak di ganglion spiralis dalam modiolus.
Di kedua sisi kepala, kanalis semicircularis saling tegak lurus antara satu sama lain, sehingga kanalis ini terletak pada tiga bidang ruangan. Utrikulus dan sakulus membentuk saluran menjadi duktus endolimfatikus. Dalam duktus semicircularis, utrikulus dan sakulus, dibentuk cairan endolymphe. Bila cairan endolymphe terlalu banyak, ia akan dibuang melalui duktus endolimfatikus, kemudian sampai ke duramater dan dicurahkan ke ruang subdural. Sementara itu, di sekeliling duktus semicircularis superior, lateral dan posterior, terdapat jaringan perilymphe yang menghasilkan cairan perilymphe dan mengisi skala vestibule serta skala tympani. Bila cairan ini berlebihan, ia dikeluarkan melalui duktus perilimfatikus ke ruang subarachnoid.3

Ø  Saraf
Jaringan saraf merupakan jaringan dasar dalam tubuh selain jaringan epitel, jaringan penyambung, dan jaringan otot. Jaringan saraf mempunyai sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel glia atau sel penyokong saraf (neuroglia). Berdasarkan polaritasnya, neuron dapat dibagi menjadi sel unipolar, bipolar, pseudounipolar, dan multipolar. Dalam ganglia vestibularis dan cochlearis, sel saraf yang terdapat di sana adalah sel bipolar, yang memiliki satu badan sel dan dua akson.3
Saraf yang berperan dalam penghantaran impuls bunyi ke otak adalah nervus cochlearis dan nervus vestibulocochlearis (Nervus Kranial VIII). Neuron nervus cochlearis yang terletak pada ganglion spiralis akan melaui meatus akustikus interna kemudiannya berakhir sebagai nervus vestibulocohlearis dalam nukleus cochlearis dorsal dan ventral pada batang otak

Ø  Otak
Secara makroskopis, otak terbagi atas serebrum, serebelum dan batang otak (mesencephalon, pons, medulla oblongata). Terdapat enam lobus utama pada otak yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, lobus occipital, lobus insulae dan lobus limbic.
Bagian otak yang terlibat dalam proses pendengaran adalah bagian superior dari lobus temporal, pada gyrus temporal transversa (Gyrus Heschl)1,2,4. Terdapat dua area yang berkaitan yaitu korteks auditorik primer (Area Brodman 41 dan 42) dan korteks auditorik sekunder atau area asosiasi auditorik (Area Brodman 22). Area asosiasi auditorik berfungsi dalam pengolahan sinyal suara dan berkait dengan proses berbicara.

II.            Mekanisme pendengaran
Ø  Transmisi suara
Telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensial aksi di saraf pendengaran.2,5 Gelombang diubah oleh membran tympani dan ossicula auditiva menjadi gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang di dalam cairan telinga dalam.  
Sebagai respons terhadap perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara di permukaan luarnya, membran tympani bergerak keluar masuk. Gerakan membran tympani disalurkan ke maleus. Maleus bergoyang pada sumbu melalui taut tonjolan panjang dan pendeknya sehingga tonjolan yang pendek menyalurkan getaran ke incus. Incus bergetar sedemikian rupa sehingga getaran sampai ke bagian kepala stapes. Pergerakan dari kepala stapes mengakibatkan gerakan lempeng kakinya maju mundur di tepi fenestra ovalis (oval window). Dengan demikian, tulang-tulang pendengaran berfungsi sebagai pengungkit yang mengubah getaran bunyi kepada gerakan lempeng kaki stapes terhadap skala vestibuli yang berisi perilimfe.
Suara bernada tinggi menimbulkan gelombang yang mencapai tinggi maksimum pada dasar cochlea, suara bernada rendah menghasilkan gelombang dengan puncaknya berada pada apex.2 Dinding tulang skala vestibule bersifat kaku, tetapi membran vestibularis (membrane Reissner) bersifat lentur. Membran basilaris tidak berada dalam tegangan, dan membran ini juga mudah tertekan ke dalam skala tympani oleh puncak gelombang dalam skala vestibuli. Pergeseran cairan di dalam skala tympani tersebar ke udara di fenestra rotundum (round window).
Apabila otot telinga tengah―tensor tympani dan stapedius berkontraksi, malleus akan tertarik ke dalam dan lempeng kaki stapes akan terdorong keluar.2  Hal ini akan mengakibatkan penurunan transmisi suara. Fungsi dari reflex ini bersifat protektif, yaitu ingin mencegah rangsangan berlebihan pada reseptor pendengaran yang dihasilkan oleh gelombang suara yang kuat.
Sekiranya ada suatu suara di lingkungan eksternal, hal ini akan menurunkan kemampuan seseorang untuk mendengar suara lain. Fenomena ini dikenali sebagai efek penyamaran (masking). Fenomena ini terjadi disebabkan oleh waktu refrakter absolut atau relatif pada resptor dan serabut saraf auditorik yang sebelumnya terangsang terhadap stimulus lain. Frekuensi potensial aksi di setiap serabut saraf auditorik setara dengan kekerasan rangsangan suara. Pada intensitas suara yang rendah, setiap akson melepaskan muatan terhadap suara hanya dari satu frekuensi, dan frekuensi ini bervariasi dari akson ke akson tergantung pada bagian cochlea tempat asal serabut tadi. Penentu utama nada yang terdengar saat gelombang suara mengenai telinga adalah satu organ pada organ Corti yang terangsang paling maksimum. Perjalanan gelombang yang ditimbulkan oleh suatu nada menghasilkan penurunan puncak membrane basilaris, akibatnya terjadi perangsangan reseptor maksimum.

 
Ø  Hantaran bunyi
Hantaran bunyi dapat dibagi menjadi dua yaitu hantaran udara (air conduction) dan hantaran tulang (bone conduction).1,2 Hantaran gelombang suara yang menyebabkan getaran membrane tympani disebut hantaran udara sedangkan transmisi getaran dari tulang tengkorak ke cairan teling dalam disebut hantaran tulang. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu penala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jalur ini juga berperan dalam penyaluran suara yang sangat keras.

Ø  Jalur sentral
Neuron aferen pertama yang berasal dari ganglion spiralis akan bercabang ke dua jalur. Jalur pertama menuju nukleus cochlearis ventral. Dari nukleus ini, akan keluar berkas saraf kedua yang menuju ke kompleks oliva superior lateral pada sisi pons yang sama serta sisi pons yang lain.1  Dari kompleks oliva superior kedua-dua sisi, impuls diteruskan ke nukleus lemniscus lateral, kemudian bersinaps di colliculus inferior setinggi mesencephalon. Dari colliculus superior, impuls sensorik akan menuju ke corpus geniculatum media pada thalamus dan dihantar ke gyrus Heschl sebagai korteks auditorik primer.
Jalur kedua pula menuju ke nukleus cochlearis bagian dorsal, kemudian berkas saraf yang keluar akan berjalan menyeberangi garis tengah menuju langsung ke nucleus lemniscus lateral.

III.            Gangguan pendengaran
Pendengaran yang baik ditentukan oleh penghantaran getaran bunyi dari udara ke sel reseptor di skala media dan penghantaran potensial aksi dari sel reseptor ke sistem saraf pusat. Hal ini ditentukan oleh keutuhan fungsi dari membrane tympani, tulang-tulang pendengaran, membrane fenestra dan rotunda, serta cairan perilymphe di skala vestibuli dan skala tympani.
Sekiranya berlaku gangguan pada fungsi mana-mana bagian yang disebut di atas, seseorang akan menderita tuli konduktif. Sebagai contoh, berlakunya pengerasan persendian antara tulang-tulang pendengaran atau membrana tympani telah berlubang. Namun jika berlaku gangguan pendengaran diakibatkan oleh kerosakan saraf pendengaran, seseorang akan mengalami tuli sensorineural atau tuli perseptif.4 

IV.            Pemeriksaan pendengaran2,6
Tiga jenis ujian pendengaran yang biasa digunakan untuk mengetahui gangguan klinis pada sistem pendengaran adalah uji Weber, Rinne, dan Schwabach. Uji Weber dan Schwabach masing-masing memperlihatkan pentingnya efek penyamaran atau masking suara lingkungan pada ambang pendengaran. Tabel 4.1 di bawah menunjukkan ringkasan bagaimana setiap uji dilakukan dan hasil dari setiap uji.

Tabel 4.1 Uji Garpu Penala Cara Weber, Rinne, dan Schwabach

Weber
Rinne    
Schwabach
Cara
Pangkal garpu penala bergetar diletakkan di vertex tengkorak.
Pangkal garpu penala yang bergetar diletakkan di processus mastoideus sampai subjek tidak mendengarnya lagi, lalu garpu penala diletakkan dekat dengan telinga.
Hantaran tulang pasien dibandingkan dengan hantaran tulang subjek normal atau pemeriksa.
Normal
Mendengar sama keras di kedua-dua sisi
Mendengar getaran di udara setelah hantaran tulang selesai. (Positif)

Tuli konduktif
Suara lebih keras (lateralisasi) di telinga yang terganggu karena efek penyamaran lingkungan tidak ada.
Getaran udara tidak terdengar setelah hantaran tulang selesai.(Negatif)
Hantaran tulang lebih baik daripada normal (Schwabach memanjang).
Tuli sensorineural
Suara lebih keras (lateralisasi) di telinga normal.
Getaran terdengar di udara setelah hantaran tulang selesai, selama tuli bersifat parsial. (Positif)
Hantaran tulang lebih buruk daripada normal (Schwabach memendek).


KESIMPULAN
Mekanisme pendengaran tidak hanya melibatkan organ indera telinga tetapi juga ikut melibatkan saraf cochlearis, saraf vestibulocochlearis, dan korteks auditorik di otak. Setelah diteliti, pasien yang diuji dengan uji garpu penala memberikan hasil cara Rinne: negatif, hasil cara Weber: lateralisasi ke kiri, dan  hasil cara Schwabach: memanjang menandakan bahawa pasien menderita tuli konduktif telinga kiri. Gangguan pendengaran yang dialami diakibatkan oleh kerosakan pada membran tympani atau pada tulang-tulang pendengaran, bukan karena kerosakan pada saraf pendengaran, jaras penghantaran impuls suara ke korteks auditorik, atau gyrus temporal transversanya.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Sherwood L. Ear: hearing and equilibrium. In: human physiology: from cells to systems. 7th ed. Brooks/Cole; Cengage Learning: 2010.p.213-24.
  2. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Hearing and equilibrium. In: Ganong’s review of medical physiology. 23rd edition. International edition 2010. Singapore: McGraw-Hill; 2010.p.203-13.
  3. Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
  4. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D. Neuroscience. 2nd edition.Sunderland (MA): Sinauer Associates; 2001.
  5. Campbell NA, Reece JB. Biology. 8th edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings; 2008.
  6. Orient JM. Sapira's art and science of bedside diagnosis. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.

No comments:

Post a Comment