A. BOTULISMUS
keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng) yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C. botulinum.
Gejala Klinis:
1. Inkubasi penyakit ini kira-kira 18-36 jam, namun dapat beragam dari beberapa jam sampai 3 hari
2. Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan
3. Diare lebih sering tidak ada
4. Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan pneumonia aspirasi
5. Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah
6. Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik dan suhu tidak meningkat
Penanganan:
1. Berikan pernapasan buatan
2. Jika tidak muntah usahakan untuk muntah
B. BONGKREK (TEMPE)
Racun ini dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang timbul dari bongkrek yang diproses kurang baik yang disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek.
Gejala Klinis:
1. Gejala timbul 4-6 jam setelah makan tempe bongkrek, yaitu berupa mual dan muntah
2. Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda
3. Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok
4. Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+)
C. KERACUNAN JENGKOL
keracunan akibat terjadinya pengendapan kristal asam jengkol di saluran kemih yang disebabkan oleh Asam Jengkolat.
Gejala Klinis:
1. Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita
2. Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal
3. Penderita mengeluh nyeri sewaktu BAK
4. Urin penderita merah karena DARAH (hematuria)
D. KERACUNAN SINGKONG
disebabkan oleh Sianida (HCN).
Gejala Klinis:
1. Gejala berawal dengan pusing dan muntah
2. Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong beracun
3. Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan
Wednesday, June 18, 2014
Ekstremitas Inferior (Patah Tulang Paha)
Tulang
Tulang
kita adalah jaringan hidup yang terus-menerus diperbaharui. Tulang terbuat dari
kolagen dan mineral. Kolagen memberi tulang kemampuan meredam kejut, sementara
mineral seperti misalnya kalsium, fosfor, dan magnesium menjadikan tulang kuat.1
Struktur Makro2
- Pelvis
Pelvis
terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang
pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium,
pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan
vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis
terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai
puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri
dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk
artikulasi dengan tulang femur.
- Femur
Femur
merupakan tulang paha, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan
dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor,
dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta
permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa
intercondylar.
- Tibia
Tibia
merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana
keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga
facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu,
tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia
membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
- Fibula
Fibula
merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di
bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi
dengan tulang-tulang tarsal.
Struktur Mikro
Tulang
adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi interselular yang
mengapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel: osteosit (terdapat dalam
lakuna di dalam matriks), osteoblas (yang membentuk komponen organik dan
matriks), dan osteoklas (sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorpsi
dan pembentukan kembali jaringan tulang).3
- Osteoblas
Osteoblas
berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang (kolagen tipe I,
proteoglikans, dan glikoprotein). Penambahan unsur anorganik dari tulang
bergantung pada adanya osteoblas yang hidup. Mereka terutama terletak pada
permukaan jaringan tulang, berdampingan, seperti pada epitel selapis.
- Osteosit
Osteosit,
yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di antara
lamel-lamel. Di dalam satu lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam
kanalikuli silindris halus terdapat juluran sitoplasma dari osteosit. Bila
dibandingkan dengan osteoblas, osteosit gepeng berbentuk kenari itu memiliki
jauh lebih sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi dan kromatin
inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat dalam mempertahankan
matriks tulang. Matinya osteosit ini akan diikuti dengan resorpi dari matriks
ini.
- Osteoklas
Osteoklas
adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Bagian badan sel yang
melebar mengandung 5 sampai 50 atau lebih inti. Cabang-cabangnya tidak teratur
dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Pada daerah terjadinya resorpsi
tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam lekukan, yang terbentuk secara
enzimatik, dalam matriks yang disebut Lakuna
Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan beberapa monosit darah, sehingga
termasuk bagian dari sistem fagosit mononukleus. Mikrograf elektron menampakkan
bahwa permukaan osteoklas aktif yang menghadap matriks tulang ternyata
berlipat-lipat tidak beraturan, sering terdapat tonjolan yang terbagi,
membentuk batas tidak beraturan. Daerah ini merupakan tempat perlekatan
osteoklas pada matriks tulang dan membentuk suatu lingkungan mikro untuk proses
resorpsi tulang. Terdapat beberapa retikulum endoplasma kasar, banyak
mitokondria, dan sebuah kompleks Golgi yang berkembang baik, selain banyak
lisosom di dalam sel.
- Matriks Tulang
Materi
anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang. Kalsium dan
fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium dan natrium
juga ada. Kajian difraksi sinar-X telah menunjukkan bahwa kalsium dan fosfor
membentuk kristal hidroksi apatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH)2.
Juga terdapat cukup banyak kalsium fosfat amorf (non-kristal). Mereka terletak
sepanjang serat kolagen namun dikelilingi oleh substansi dasar amorf. Ion
permukaan hidroksiapatit berhidrasi, dan selapis air dan ion-ion terbentuk di
sekeliling kristal. Lapisan ini, yaitu kerang hidrasi, memudahkan pertukaran
ion-ion antara kristal dan cairan tubuh.
Materi organik adalah 95% kolagen
tipe I dan substansi dasar amorf, yang mengandung proteoglikan. Sialoprotein
tulang (kaya akan asam sialat) dan osteokalsin mengandung beberapa residu asam
γ-karboksiglutamat; keadaan inilah yang membuat ia suka sekali bergabung dengan
kalsium dan bertanggung jawab untuk memudahkan perkapuran matriks tulang.
Jenis-Jenis Tulang
- Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang
rawan (kartilago) adalah tulang yang mengandung sel-sel (fibroblas, kondroblas,
dan kondrosit), serat (kolagen dan elastis), dan substansi dasar yang amorf
(kondroitin sulfat dan hialuronat). Kartilago mempunyai banyak unsur aselular
dan tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf. Fungsinya adalah khas membentuk
jaringan skelet untuk janin, kebanyakan tulang orang dewasa sebagai model
tulang rawan selama kehidupan fetal.4
Ada
3 jenis tulang rawan, yakni:
- Tulang rawan hialin, adalah jaringan opak kebiruan dan seperti susu. Mengandung serat-serat kolagen dan jala-jala elastin yang terpisah-pisah di dalam substansi intraselular. Tulang rawan hialin ada pada ujung ventral iga; pada laring, trakea, dan bronki; dan pada permukaan sendi tulang. Juga terdapat pada lempeng epifisis di tulang janin dan anak yang sedang tumbuh.
- Tulang rawan elastin, sangat berbeda dengan hialin maka kartilago elastin ini berwarna kuning dan tidak mengandung endapan kalsifikasi. Substansi interselular ini banyak mengandung serabut-serabut elastin dan sedikit serat kolagen. Besarnya perbandingan serabut elastis ini membuat jenis tulang rawan ini lentur dan elastis. Ditemukan pada telinga, epiglotis, dan sebagian laring.
- Tulang rawan fibrokartilago, terdiri atas beberapa serat kolagen yang tersusun teratur, banyak seperti tendo dan karena itu tampak seperti sejenis jaringan antara tendo dan tulang rawan (jaringan penyambung). Lebih banyak mengandung berkas serabut kolagen. Ditemukan terutama pada bagian diskus intervertebralis dan simfisis pubis.4,5
- Tulang Keras
Tulang
sebagai suatu jaringan terdiri dari sel-sel tulang, osteosit, substansi dasar,
serabut kolagen, substansi semen, dan berbagai macam garam. Substansi dasar dan
serabut-serabut kolagen membentuk substansi interselular, osteoid.
Serabut-serabut merupakan bagian zat organik, sedangkan garam-garam merupakan
unsur organik.5
Tulang keras dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuknya,6 yakni:
- Tulang panjang, terdapat pada lengan dan kaki. Tulang panjang bekerja seperti tuas dan bisa digunakan untuk menggerakkan tubuh.
- Tulang pendek, yang berbentuk seperti kotak. Terletak pada pegelangan tangan dan kaki dan memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan tulang panjang. Memungkinkan gerakan-gerakan terbatas.
- Tulang pipih, berbentuk datar pada tengkorak. Berguna untuk memberikan wadah perlindungan bagi otak. Tulang belikat merupakan contoh lain dari tulang pipih.
- Tulang dengan bentuk tidak beraturan, adalah tulang tertentu yang memiliki bentuk khas untuk membantunya menopang bagian-bagian tubuh tertentu. Contohnya tulang belakang, yang tersusun berangkai melingkari seluruh urat saraf tulang belakang. Tulang dengan bentuk tidak beraturan juga terdapat di panggul, pinggul, dan wajah.
Mekanisme
Kontraksi Otot
1. Mekanisme
Kerja Otot
Kontraksi
otot
Otot
berkontraksi jika ada rangsangan, energi kontraksi berasal dari pemecahan
adenosine trifosfat dan kalsium. Beberapa tipe kontraksi otot:
a. Tonik,
kontraksi otot secara terus menerus yang penting dalam mempertahankan postur
tubuh.
b. Isotonik,
kontraksi otot dimana otot menjadi tegang, tetapi kontraksi tersebut tidak
mengubah bentuk otot hanya mengubah panjang otot (menjadi lebih pendek).
c. Isometrik,
pada isometric ketegangan otot meningkat, namun otot menjadi lebih pendek.
d. Twich,
adalah reaksi sentakan (refleks) pada suatu stimulus.
e. Tetanik
adalah kontraksi yang lebih menopang daripada twich yang dihasilkan stimulus
yang cepat.
f. Trepe,
adalah kontraksi twich yang lebih kuat dalam merespon stimulus yang terus-menerus
berulang secara konstan dan kuat.
g. Fibilation
adalah kontraksi asikronus pada setiap otot individu.
h. Konvulsi,
adalah kontraksi tetanic yang tidak terkoordinasi secara normal pada kelompok
otot tertentu.
2.
Mekanisme
umum kontraksi otot
Inisiasi
dan eksekusi kontraksi berlangsung dalam tahap-tahap berurutan berikut :
a. Potensial aksi menjalar di sepanjang
suatu saraf motorik hingga ke ujungnya di serat otot, dan saraf tersebut
mengeluarkan sejumlah kecil bahan neurotransmiter.
b. Asetilkolin
bekerja di suatu daerah di membrane otot untuk membuka saluran
bergerbang-asetilkolin, yang memungkinkan ion natrium mengalir ke dalam serat
otot.
c. Potensial
aksi berjalan di sepanjang membrane serat otot, menyebabkan reticulum sarkoplasma membebaskan ion kalsium yang telah
tersimpan di reticulum ke dalam myofibril.
d. Ion
kalsium memicu gaya-gaya tarik antara filamen aktin dan miosin, menyebabkan
keduanya saling bergeser (sliding), ini adalah proses kontraksi.
e. Setelah
seperkian detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma,
tempat ion-ion ini disimpan sampai datang potensial aksi otot, pengeluaran ion
kalsium dari myofibril menyebabkan kontraksi otot berhenti.7
3. Mekanisme
molekular kontraksi otot
Kontraksi
otot terjadi melalui mekanisme pergeseran filamen. Gaya-gaya mekanis yang
timbul oleh interaksi jembatan silang miosin dengan filamen aktin menyebabkan
filamen aktin bergeser ke dalam di antara filamen miosin. Pada keadaan
istirahat gaya-gaya ini terhambat, tetapi jika terdapat potensial aksi merambat
di membrane serat otot, reticulum sakroplasma akan membebaskan sejumlah besar
ion kalsium yang mengaktifkan gaya-gaya antara filament miosin dan aktin yang
kemudian memulai kontraksi.
Filamen
miosin terdiri dari banyak molekul miosin. Ekor molekul miosin berkumpul untuk
membentuk badan filamen, sementara kepala miosin dan sebagian dari setiap
molekul miosin menggantung keluar kea rah samping bagian badan, membentuk
lengan yang menjulurkan kepala keluar dari badan. Kepala dan lengan yang
menunjol bersama-sama dinamai jembatan-silang. Gambaran penting kepala miosin
adalah bahwa struktur ini berfungsi sebagai enzim adenosine trifosfatase
(ATPase), yang memungkinkannya memecah adenosine trifosfat (ATP) sehingga
proses kontraksi dapat berjalan.
Filamen
aktin terdiri dari aktin, tropomiosin, dan troponin. Masing-masing filamen
aktin memiliki panjang sekitar 1 mikrometer. Pangkal filamen aktin melekat
secata kuat ke lempeng Z, sementara ujung-ujung lainnya menonjol dalam dua arah
ke sakromer terdekat dan berada di antara molekul-molekul miosin.
Interaksi
satu filamen miosin, dua filamen aktin, dan ion kalsium menghasilkan kontraksi.
Filamen
aktin dihambat oleh kompleks troponin-tropomiosin, pengaktifan dirangsang oleh
ion kalsium.
·
Inhibisi oleh kompleks troponin-tropomiosin.
Bagian-bagian aktif di filamen aktin normal pada otot yang relaksasi dihambat
atau secara fisik ditutupi oleh kompleks troponin-tropomiosin. Karenanya,
bagian-bagian ini tidak dapat melekat ke kepala filamen miosin untuk
menghasilkan kontraksi sampai efek inhibitorik kompleks troponin-tropomiosin
dihilangkan.
·
Pengaktifan oleh ion kalsium. Efek
inhibitorik kompleks troponin-tropomiosin pada filamen aktin dihambat oleh
adanya ion kalsium. Ion kalsium berikatan dengan troponin, menyebabkan kompleks
troponin menarik molekul tropomiosin. Hal ini “membuka” bagian-bagian aktif
aktin sehingga kontraksi dapat berlangsung.
Kontraksi
otot memerlukan ATP untuk melaksanakan 3 fungsi utama :
1. Sebagian
besar ATP digunakan untuk mengaktifkan mekanisme walk-along pada kontraksi
otot.
2. Kalsium
dipompa balik ke dalam retikulum sarkosplasma setelah kontraksi berakhir.
3. Ion
natrium dan kalium dipompa melalui membran serat otot untuk mempertahankan
lingkungan ionik bagi panjalaran potensi aksi.7
Pembentukan Tulang
Sel yang berperan membentuk tulang adalah osteoblast dan
sel yang berperan menyerap tulang adalah osteoklas. Osteoblast adalah
fibroblast yang mengalami modifikasi. Perkembangan awal sel ini dari mesenkim
sama seperti perkembangan fibroblast serta melibatkan sejumlah besar faktor
pertumbuhan yang sama. Kemudian, berbagai faktor yang spesifik untuk osifikasi
mulai bermunculan. Salah satu paling menarik adalah faktor transkripsi Cbfa1.
mencit dengan gen untuk Cbfa1 yang telah dihancurkan, akan berkembang hingga
aterm dengan tulang yang semata-mata tersusun dari tulang rawan; osifikasi
tidak terjadi. Osteoblast normal mampu meletakkan kolagen tipe 1 dan membuat
tulang baru.
Osteoklas, sebaliknya, adalah anggota dari family
monosit. Sel stroma di sumsum tulang belakang, osteoblast, dan limfosit T
mengekspresikan suatu molekul yang disebut RANKL (ligan RANK) dipermukaannya,
dan jika kontak dengan monosit yang sesuai,, sel-sel ini akan berikatan dengan
reseptor RANKL di permukaan monosit. Sel-sel ini juga mengeluarkan M-CSF, dan
M-CSF berikatan dengan suatu reseptor pada monosit, yaitu c-fins. Pengikatan
ini mengubah monosit menjadi osteoklas. Sel precursor juga mengeluarkan
osteoprotegrin (OPG), yang memperlambat perubahan monosit dengan cara bersaing
dengan RANK untuk mengikat RANKL.
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang telah
terbentuk. Sel ini melekat ke tulang melalui integrin di tonjolan membrane yang
disebut sealing zone. Hal ini menciptakan suatu daerah terisolir antara tulang
dan sebagian osteoklas. Pompa proton, yaitu ATPase dependen-H+,
kemudian bergerak dari endosom ke membrane sel yang berhadapan dengan daerah
terioslir, dan daerha ini mengasamkan daerah tersebut hingga pHnya menjadi
sekitar 4,0. Pompa proton juga ditemukan di endosom dan lisosom semua sel
eukariotik, namun jarang yang bergerak ke membrane sel. pH asam melarutkan
hidroksiapatit, dan berbagai protease asam yang dikeluarkan oleh sel
menghancurkan kolagen, dan membentuk cekungan dangkal di tulang. Produk
pencernaan tersebut kemudian di endositosis dan dibawa osteoklas melalui proses
transitosis, dan dilepas kedalam cairan interstisium. Produk pemecahan kolagen
memiliki struktur pirimidin dan pengukuran piridinolin dapat dilakukan di urine
sebagai indeks laju penyerapan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus menerus di resorpsi dan
dibentuk tulang baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan
kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa.
Remodeling sebagian besar adalah proses lokal yang berlangsung didaerah yang
terbatas yang terbatas oleh populasi sel yang disebut unit remodeling tulang.
Mula-mula osteoklas menyerap tulang, lalu osteoblast meletakkan tulang baru di
daerah yang sama. Siklus ini memerlukan waktu sekitar 100 hari. Akan tetapi,
modeling drifts juga terjadi, ketika bentuk tulang berubah saat tulang
mengalami penyerapan di satu lokasi dan penambahan di lokasi lain. Osteoklas
membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas,
sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekula. Pada
kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% masa tulang mengalami remodeling oleh
sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah
sekitar 4% per tahun untuk tulang trabekuler. Remodeling, sebagian berkaitan
dengan stress dan regangan yang dialami tulang akibat gaya tarik bumi.
Pada proses tersebut ada aktivitas yang dilakukan oleh
osteoklas dan osteoblas. Pada osteoblast mengatur pembentukan osteoklas melalui
RANKL-RANK dan mekanisme M-CSF-OPG, namun tidak diketahui adanya mekanisme
umpan balik langsung dari osteoklas pada osteoblast. Proses keseluruhan
remodeling tulang terutama berada di bawah kendali endokrin. Hormone paratiroid
mempercepat resorpsi tulang, dan estrogen memperlambat resorpsi tulang dengan
menghambat pembentukan berbagai sitokin yang mengikis tulang. Suatu pengamatan
baru yang menarik adalah bahwa leptin intraserebroventrikel mengurangi
pembentukan tulang. Temuan ini konsisten dengan pengamatan bahwa obesitas
melindungi tulang dari resorpsi dan kebanyakan orang dengan obesitas resisten
terhadap efek leptin pada nafsu makan. Oleh sebab itu, massa tulang mungkin
diatur oleh sistem neuroendokrin melalui leptin.8
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan
dapat berupa pemanjangan dan dan penebalan tulang. Pembentukan tulang
ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang
dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktifitas sel-sel pembentuk
tulang.
Aktifitas Osteoblas
Osteoblas berrespon terhdap berbagai sinyal kimiawi untuk
menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulan
disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam kalsium mulai mengendap pada osteoid
dan tulang mengeras selama beberapa minggu. Sebagian osteoblas telah menjadi
bagian dari osteoid dan disebut
osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosid di matriks membentuk tonjolan-tonjolan
yang menghubungkan osteosit satu dengan yang lainnya membentuk suatu sistem
saluran mikroskopik di tulang.9
Remodeling
Keseimbangan antara osteoblas dengan osteoklas
menyebabkan menyebabkan tulang terus menerus diperbaharui atau mengalami
remodeling. Pada anak dan remaja aktifitas osteoblas melebihi aktifitas
osteoklas sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Pada orang
dewasa muda biasanya aktifitas osteoblas dan osteoklas setara sehingga jumlah
total masa tulang konstan. Pada usia pertengahan aktifitas osteoklas melebihi
osteoblas dan kepadatan tulang berkurang.aktifitas osteoklas juga meningkat
pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau
kedelapan, dominasi aktifitas osteoklas menyebabkan tulang menjadi rapuh
sehingga mudah patah.
Oleh karena itu keseimbangan antara pengendapan tulang
oleh osteoklas dan absorpsi tulang oleh osteoklas harus seimbang sehingga masa
total dari tulang berlangsung secara konstan.9,10
Metabolisme
Tulang11
Metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral
dan hormon yang meliputi:
1.
Kalsium dan fosfor. Jumlah kalsium (Ca)
dalam tulang 99% dan fosfor 90%. Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai
ikatan yang erat. Jika kadar Ca meningkat, jumlah fosfor berubah. Keseimbangan
kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormon paratiroid (PTH).
2.
Kalsitonin diproduksi oleh kelenjar
tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca serum. Jika jumlah kalsitonin meningkat di
atas normal, kalsitonin menghambat absorpsi kalsium dan fosfor dalam tulang
serta meningkat ekskresi kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan
Ca dan fosfor.
3.
Vitamin D terkandung dalam lemak hewan,
minyak ikan, dan mentega. Tubuh manusia juga dapat menghasilkan vitamin D.
Sinar ultraviolet sinar matahari dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi
vitamin D. Vitamin D diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari
usus dan digunakan tubuh. Defisiensi vitamin D mengakibatkan deficit
mineralisasi, deformitas, patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan
osteomalasia pada orang dewasa.
4.
Hormon paratiroid (PTH). Pada saat
kadar Ca menurun, sekresi PTH meningkatkan dan menstimulasi tulang untuk
meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan kalsium ke darah. Jika
kadar Ca meningkat sekresi PTH diminimalkan, hormon tersebut mengurangi
ekskresi Ca di ginjal dan memfasilitasi absorpsinya dari usus halus. Hal ini
untuk mempertahankan suplai Ca di tulang. Respons ini merupakan contoh
umpan-balik sistem loop yang terjadi dalam sistem endokrin.
5.
Hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
yang bertanggung jawab meningkatkan panjang tulang dan menentukan jumlah
matriks tulang dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat selama
masa kanak-kanak menghasilkan gigantisme dan menurunnya sekresi menghasilkan
dwarfisme. Pada orang dewasa, peningkatan tersebut menyebabkan akromegali yang
ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan lemak.
6.
Glukokortikoid. Hormon glukokortikoid
mengatur metabolisme protein. Pada saat dibutuhkan, hormon dapat meningkatkan
atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau mengintensifkan matriks
organic di tulang dan membantu dalam pengaturan kalsium di intestinum dan
absorpsi fosfor.
7.
Hormon seksual:
a. Estrogen
menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran hormon paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause sehingga penurunan kadar
kalsium pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis.
b. Androgen,
seperti testosterone, meningkatkan anabolisme dan massa tulang.
Peran Kalsium dan Vitamin D
Mineral
yang paling utama diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang adalah kalsium.
Osteoblas menambah dan menimbun kalsium ke dalam tulang, sebaliknya osteoklas
membongkar dan mengeluarkan kalsium dari tulang.
Vitamin
D boleh dikatakan berperan pula sebagai “hormone” yang penting sekali untuk
proses mineralisasi tulang. Fungsi vitamin D adalah:
1. Mengatur
penyerapan kalsium di usus sehingga kadar kalsium dalam darah dipertahankan
normal.
2. Membantu
mempertahankan agar tulang tetap kuat dan padat.
3. Mencegah
penyakit rickets pada anak akibat kekurangan vitamin D.12
Kesimpulan
Tulang merupakan bagian utama tubuh
yang berfungsi sebagai penopang dan pembentuk struktur rangka tubuh manusia
serta tempat perlekatan otot. Tulang merupakan bagian terkuat pada tubuh tapi
jika tidak di jaga maka tulang juga dapat patah. Peran kalsium dan vitamin D
dapat membantu proses pertumbuhan dan penyembuhan tulang yang patah serta
kontraksi otot.
- Davies Kim. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Erlangga; 2007.h.8-9.
- Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis Company; 2007.h.104-34.
- Junqueira, Carneiro Jose, Kelley Robert. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.h.136-97.
- Johnson Kurt. Seri kapita selekta: histologi dan biologi sel. Jakarta: Binarupa Aksara; 2001.h.119-48.
- Kahle W, Leonhardt H, Platzer W. Atlas berwarna dan teks anotomi manusia: Sistem muskuloskeletal dan topografi. Jakarta: Hipokrates; 2001.h.12-20.
- Guyton Arthur. Buku ajar fisika kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.h.154-6.
- Guyton, Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2009.h.44-8.
- Ganong William F, Pendit U B. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 22.2008. Jakarta: EGC; 2008.h.400-5.
- Elisabeth J Crowin. Buku saku patofisiology. Jakarta: EGC; 2008.h.290-3.
- Guyton Arthur C, Hall John E. Textbook of medical physiologi. Ed.11. 2008, Jakarta: EGC.
- Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC. 2006.h.7-9.
- Tandra H. Osteoporosis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.h.34-35.
Subscribe to:
Posts (Atom)