Pendahuluan
Sesak napas merupakan
keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien) yang berupa rasa tidak
nyaman, nyeri atau sensasi berat selama proses pernapasan. Pada sesak napas,
frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas
juga merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh
diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Pada kasus sesak napas sendiri
ada napas yang tidak disertai dengan bunyi dan ada pula napas yang disertai
bunyi yang biasa kita kenal dengan nama asma. Sesak
napas juga dapat terjadi pada seseorang yang berada di ketinggian, misalnya
seperti di Gunung. Pernapasan itu sendiri memiliki makna yang luas, yaitu mengacu kepada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2
dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien.
Pernapasan nantinya
akan melibatkan dua bagian penting, yaitu bagian atas sebagai saluran udara
dimana belum terjadi pertukaran gas, dan bagian bawah sebagai tempat pertukaran
gas.
Pernapasan sendiri adalah suatu
proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Oleh karena itu harus dicari penyebab awalnya dan harus segera diatasi.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang
bagaimana cara terjadinya sesak napas, makalah ini akan membahasnya lebih
lanjut.
Sesak Napas.1
Definisi : Perasaan yang dirasakan oleh seseorang mengenai
ketidaknyamanan atau kesulitan dalam bernapas.
Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem pernapasan (hidung, tenggorokan, paru-paru) atau gangguan yang berasal dari luar paru-paru (jantung).
Sesak napas dapat disebabkan oleh gangguan dalam sistem pernapasan (hidung, tenggorokan, paru-paru) atau gangguan yang berasal dari luar paru-paru (jantung).
Tanda-tanda dari sesak napas dapat
berupa :
- Peningkatan jumlah frekuensi napas (dewasa >20X/menit; anak >30X/menit; bayi >40X/menit)
- Kebiruan pada sekitar bibir, ujung-ujung jari
- Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak.
Penyebab kegawatdaruratan karena
sesak napas dapat berupa :
- Asma: batuk
- Infeksi paru (pneumonia): batuk, panas, sesak napas
- Alergi (pembengkakan pada tenggorok yang menyebabkan terjadinya sumbatan): riwayat makan makanan yang menyebabkan alergi (seafood, kacang, telur, dll)
- Sakit jantung (disertai nyeri dada)
- Trauma dada (kecelakaan yang mengenai dada): riwayat benturan keras di daerah dada, sesak napas, nyeri dada, ada kerusakan pada dada (patah tulang), pendarahan.
Sesak
napas itu sendiri juga dapat terjadi saat kita berada di ketinggian, nama
penyakit ketinggian itu sendiri adalah High
Altitude Pulmonary Edema atau HAPE,
penyakit ini merupakan penyebab kematian
paling umum yang terjadi di ketinggian dan bisa dicegah jika terdeteksi lebih
dini.
Pada dasarnya HAPE ini disebabkan karena bocornya saluran darah di paru - paru lalu paru - paru akan terisi cairan sehingga orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam bernafas. Tanda paling awal dari HAPE sendiri adalah menurunnya exercixe tolerance dan meningkatnya waktu recovery. Biasanya akan timbul batuk kering, kuku dan bibir berubah warna menjadi biru / abu - abu.
Pada dasarnya HAPE ini disebabkan karena bocornya saluran darah di paru - paru lalu paru - paru akan terisi cairan sehingga orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam bernafas. Tanda paling awal dari HAPE sendiri adalah menurunnya exercixe tolerance dan meningkatnya waktu recovery. Biasanya akan timbul batuk kering, kuku dan bibir berubah warna menjadi biru / abu - abu.
Struktur Saluran Pernapasan
Secara Makro
Lubang hidung
(cavum nasalis)
Hidung
dibentuk oleh tulang sejati dan tulang rawan. Bagian dalam hidung merupakan
suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum).
Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring
kasar terhadap benda asing yang masuk. Terdapat sel goblet pada permukaan
hidung yang mengeluarkan lendir agar dapat menangkap benda asing yang masuk ke
dalam saluran pernapasan. Terdapat reseptor bau yang terletak di dalam lubang
hidung tepatnya pada cribriform plate,
di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I (nervus olfaktorius). Hidung
berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembapan udara,
pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator
udara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring ini dilakukan oleh
vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim.2
Sinus
paranasalis
Sinus
paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai
dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus
sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk membantu
menghangatkan dan mengatur kelembapan udara, meringankan berat tulang
tengkorak, dan mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.2
Faring
Merupakan
pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago)
krikoid. Berperan saat menelan seperti pada saat bernapas. Sesuai letaknya,
faring dibagi menjadi tiga daerah yaitu di belakang hidung (nasofaring),
belakang mulut (orofaring), dan belakang laring (laringofaring). Nasofaring
terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia dan tonsil
(adenoid), serta merupakan muara tuba eustachius.
Adenoid atau faringeal tonsil berada di
langit-langit nasofaring. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan
jaringan limfoid lainnya. Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari
nasofaring dan makanan dari mulut. Terdapat tonsila palatina (posterior) dan
tonsila lingualis (dasar lidah). Laringofaring adalah bagian terbawah dari faring
yang berhubungan dengan esofagus dan pita suara yang berada dalam trakea.
Berfungsi saat proses menelan dan respirasi. Terletak di bagian depan pada
laring, sedangkan trakea terdapat di belakang.2
Laring
Dibentuk
oleh struktur epitelium-lined yang
berhubungan dengan faring dan trakea. Laring terletak di anterior tulang
belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di
posterior laring. Fungsi utama adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi
jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya
batuk. Laring terdiri atas: epiglotis yaitu katup kartilago yang menutup dan
membuka selama menelan, glotis yaitu lubang antara pita suara dan laring,
kartilago-tiroid yaitu kartilago yang terbesar pada trakea, terdapat bagian
yang membentuk jakun, kartilago krikoid yaitu cincin kartilago yang utuh di
laring (terletak di bawah kartilago tiroid), kartilago aritenoid yaitu
digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago tiroid, dan pita
suara yaitu sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring
Alveoli
Parenkim
paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim
tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveoli adalah kantong udara
yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius
sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2 di antara
kapiler pulmoner dan alveoli. diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi
yang baru lahir. Seiring dengan pertambahan usia, jumlah alveoli pun bertambah
dan akan mencapai jumlah yang sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun, yakni
300 juta alveoli. Setiap unit alveoli menyuplai 9-11 prepulmonari dan pulmonari
kapiler.2, 3
Paru-paru
-
Paru-paru memiliki area
permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran udara.
-
Tiap paru memiliki
apeks yang mencapai ujung sternal kosta ke-1 permukaan kostovertebral yang melapisi
dinding dada basis yang terletak di atas diafragma dan permukaan mediastinal
yang menempel dan membentuk struktur mediastinal disebelahnya.
-
Struktur:
paru kanan terbagi menjadi lobus atas tengah dan bawah oleh fisura oblikus dan
horizontal. Paru kiri hanya memilki fisura oblikus sehingga tidak ada lobus
tengah. Segmen lingular merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah
kanan. Namun, secara anatomis lingula merupakan bagian dari lobus atas kiri.
Struktur yang masuk dan keluar dari paru-paru melewati hilus paru yang seperti
telah disebut sebelumnya diselubungi oleh kantong pleura yang longgar.
-
Pasokan
darah: bronki dan jaringan parenkim paru-paru
mendapat pasokan darah dari a. bronkialis cabang-cabang dari aorta torakalis
desendens. V. bronkialis, yang juga berhubungan dengan v. pulmonalis
mengalirkan darah ke v. azigos dan v. hemiazigos. Alveoli mendapat darah
deoksigenasi dari cabang-cabang terminal a. pulmonalis dan darah yang
teroksigenasi mengalir kembali melalui cabang–cabang v. pulmonalis. Dua v. pulmonalis
mengalirkan darah kembali dari tiap paru ke atrium kiri jantung.
-
Drainase
limfatik paru-paru: limfe mengalir kembali dari
perifer menuju kelompok kelenjar getah bening trakeobronkial hilar dan dari
sini menuju trunkus limfatikus mediastinal.
-
Persarafan
paru-paru: pleksus pulmonalis terletak di pangkal
tiap paru. Pleksus ini terdiri dari serabut simpatis (dari trunkus simpatikus)
dan serabut parasimpatis (dari n. vagus). Serabut eferen dari pleksus mempersarafi
otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli dan
alveoli.2
Pleura
-
Pleura terdiri dari dua
lapisan yaitu lapisan viseralis yang melekat pada paru dan lapisan parietalis
yang membatasi aspek terdalam dinding dada, diafragma, serta sisi perikardium
dan mediastinum.
-
Pada hilus paru kedua
lapisan pleura ini berhubungan. Hubungan ini bergantung longgar di atas hilus
dan disebut ligamentum pulmonale. Adanya ligamentum ini memungkinkan peregangan
vv. pulmonalis dan pergerakan struktur hilus selama respirasi.
-
Kedua rongga pleura
tidak berhubungan.
-
Rongga pleura
mengandung sedikit cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas untuk
mengurangi friksi antara kedua pleura.
-
Selama inspirasi
masksimal paru-paru hampir mengisi seluruh rongga pleura. Pada inspirasi tenang
paru-paru tidak mengembang sepenuhnya, melainkan menyisakan ruang sisa
kostodiafragmatikus dan kostomediastinal dari rongga pleura.
-
Pleura parietalis
sensitif terhadap nyeri dan raba (melalui n. interkostalis dan n. frenikus).
Pleura viseralis hanya sensitif terhadap regangan (melalui serabut aferen
otonom dari plexus pulmonalis).
-
Udara bisa masuk ke
rongga pleura bila terjadi fraktur kosta atau robekan paru (pneumotoraks).
Kejadian ini akan menghilangkan tekanan negatif pleura normal, sehingga
menyebabkan kolaps pleura.
-
Peradangan pleura
(pleuritis) terjadi akibat infeksi pada bagian paru yang melekat ke pleura
(pneumonia). Bila terjadi proses peradangan menyebabkan pleura menjadi lengket.
Dalam keadaan ini bisa terdengar pleural rub pada regio yang terkena saat
inspirasi dan ekspirasi. Pus dalam rongga pleura (sekunder akibat proses
infektif) disebut empiema.3
Trakea
-
Perjalanan:
trakea berawal setinggi kartilago krikoid di leher (C6) dan berakhir setinggi
angulus Lodivici (T4/5) di mana terjadi bifurkasio menjadi bronki utama dekstra
dan sinistra.
-
Struktur:
trakea adalah struktur fibroelastik yang kaku.
Kartilago hialin berbentuk setengah cincin yang saling menyambung mempertahankan
bentuk lumen trakea. Bagian dalam trakea dibatasi oleh epitel kolumnar
bersilia.
-
Batas-batas:
di belakang trakea berjalan esofagus. Cincin trakea
ke-2, ke-3, dan ke-4 dilewati oleh istimus tiroid di sebelah anterior.
-
Pasokan
darah: trakea menerima pasokan darah dari
cabang-cabang aa. tiroidea inferior dan bronkial.3
Bronki dan
segmen bronkopulmonalis
-
Bronkus utama kanan
lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertikal letaknya daripada yang kiri. Oleh
karena itu benda asing yang terhirup lebih cenderung masuk ke bronki kanan dan
terus ke lobus kanan tengah dan lobus bawah bronki.
-
Bronkus utama kiri
memasuki hilus dan terbagi menjadi bronkus lobus superior dan inferior. Bronkus
utama kanan bercabang menjadi bronkus ke lobus atas sebelum memasuki hilus dan
begitu masuk hilus terbagi menjadi bronki lobus medial dan inferior.
-
Tiap bronkus lobus
bercabang menjadi bronki segmen bronkopulmonalis.
-
Tiap segmen bronkopulmonalis
berbentuk piramid dengan apeks ke arah hilus. Segmen merupakan unit struktural
lobus yang memiliki bronkus segmental, arteri, dan sistem limfatikus sendiri.
Jika suatu segmen bronkopulmonalis terkena penyakit bisa dilakukan reseksi
segmen dengan mempertahankan bagian lobus yang lain. Darah dari tiap segmen
mengalir ke vv. intersegmental.4, 5
Dada
dan diafragma
-
Tulang dada (sternum)
berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar. Bagian luar
rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas dada pada
daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scalenus dan otot sternocleidomastoideus.
Otot scalenus menaikkan tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk
memperluas rongga dada dan menstabilkan dinding dada, sedangkan otot
sternocleidomastoideus mengangkat sternum. Otot parasternal, trapezius, dan
pectoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi dan berguna untuk
meningkatkan kerja napas. Di antara tulang iga terdapat otot interkostal. Otot
interkostal eksternus menggerakkan tulang iga ke atas dan ke depan sehingga
akan meningkatkan diameter anteroposterior dinding dada.
-
Diafragma terletak di
bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi.
Pengurutan saraf diafragma oleh nervus phrenicus terdapat pada susunan saraf
spinal pada tingkat C3, sehingga jika terjadi kecelakaan pada saraf C3 akan
menyebabkan gangguan ventilasi.3,
Struktur Saluran
Pernapasan Secara Mikro
Sistem pernapasan merupakan sistem
yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut
sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke
alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah
utama:
- Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis.
- Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.6
Saluran pernapasan, secara umum
dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi. Sebagian besar bagian konduksi
dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan
sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam
sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat
(brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.5
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas
vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar
sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel
respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang
dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media,
inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior
ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius
tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius
(neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius
dan bersilia, berfungsi sebagai
reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius
otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman
pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan
silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat.
Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat
setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan
sebelum masuk lebih jauh.7
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus
maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung
dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi
yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta
lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus
yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga
hidung.6, 7
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel
respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan
orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.6
Laring
Laring merupakan bagian yang
menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat
tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis
merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan
lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel
gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel
respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat
kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk
dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita
suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan
kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang
terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan
muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.6, 7
Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel
respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang
rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di
bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel
kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong
partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen
trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang
berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas
otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi
berlebihan.8
Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip
dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar
serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan
pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus
yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan
dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau
tulang rawan hialin.8
Bronkiolus
Bronkiolus tidak memiliki tulang
rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos
dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam
epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat
silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel
selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus
terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus
terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan
mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel
yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.9
Bronkiolus
respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius
secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali
dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus
respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada
tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1.
Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin
jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis
di bawah epitel bronkiolus respiratorius.9
Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus
respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya
berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel
otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal
duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus
alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat
elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan
alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara
pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan
secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar
yang tipis.8
Alveolus.9
Alveolus merupakan struktur berongga
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah.
Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut
terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat
elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang
melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan
ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak
vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan
oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel
alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah
perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di
antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan
desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid
dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2
ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan
paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung
pori-pori yang menghubungkan alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk
menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral
udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.
Pleura
Pleura merupakan lapisan yang
memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan:
pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang
berada di atas serat kolagen dan elastin.8, 9
Mekanisme Respirasi
Tekanan
negatif intrapleura membuat paru-paru selalu dalam keadaan setengah inflasi.
Selama inspirasi normal kontraksi m. interkostalis eksternal atas memperbesar
diameter A-P dari toraks atas, kontraksi m. interkostalis eksternal bawah dan
kontraksi diafragma memperpanjang toraks internal ke arah vertikal.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan volume paru dan oleh karena itu
menyebabkan reduksi tekanan intrapulmonal sehingga udara terisap ke dalam
paru-paru. Pada inspirasi dalam m. sternokleidomastoideus, mm. skalenus
anterior dan medius, m. serratus anterior serta mm. pektoralis mayor dan minor
semua membantu memaksimalkan kapasitas toraks. Semua otot ini bersama-sama
disebut sebagai otot-otot bantu pernapasan. Ekspirasi sebagian besar terjadi
akibat relaksasi pasif otot-otot inspirasi dan daya rekoil elastis dari
paru-paru. Pada ekspirasi paksa otot-otot abdomen membantu mengangkat
diafragma.10
Alat pernafasan dari manusia sendiri terdiri atas
bagian-bagian sebagai berikut:
-
Rongga hidung (cavum nasalis): di dalam rongga hidung terdapat rambut
dan selaput lendir yang berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir
berguna untuk melembabkan udara, dan konka untuk menghangatkan udara
pernapasan.
-
Faring: dibawahnya terdapat pangkal
tenggorok yang disebut laring yang di dalamnya
terdapat selaput suara. Di atas laring terdapat
katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah
makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan.
-
Trakea (batang tenggorok): lapisan
tengah tersusun atas cincin tulang rawan dan berotot polos. Lapisan luar
tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan
bentuk pipa dari batang tenggorokan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya
berambut getar berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara
pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
-
Bronkus (cabang dari batang
tenggorok)
-
Bronkiolus (cabang dari bronkus):
bercabang lagi sampai halus, dengan dinding semakin tipis dan pada brokiolus
ini cincin tulang rawan tidak terdapat lagi.
-
Alveolus: dinding tipis, elastis,
terdiri dari satu lapis, mempunyai banyak pembuluh kapiler dan merupakan tempat terjadinya
pertukaran O2 dan CO2 .
-
Paru-paru (pulmo).11
Pernapasan
manusia dibedakan atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada terjadi
melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernapasan perut.11
Mekanisme pernapasan dada.11
1. Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru
2. Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.
Mekanisme pernapasan perut.12
1. Fase inspirasi pernapasan perut
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk.
2. Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar -->udara keluar dari paru-paru.
1. Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru
2. Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.
Mekanisme pernapasan perut.12
1. Fase inspirasi pernapasan perut
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk.
2. Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar -->udara keluar dari paru-paru.
MEKANISME TRANSPORT O2 &CO2
Transportasi gas pernafasan.13
a. Ventilasi
Selama inspirasi, udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya udara yang masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara – darah. Tempat difusi yang ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan O2 parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi daripada dalam darah dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus.
Perpindahan gas sendiri tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.
a. Ventilasi
Selama inspirasi, udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya udara yang masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara – darah. Tempat difusi yang ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan O2 parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi daripada dalam darah dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus.
Perpindahan gas sendiri tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.
Transportasi gas dalam darah.14
O2 perlu ditransport dari paru-paru ke jaringan dan CO2
harus ditransport kembali dari
jaringan ke paru-paru.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dari
paru ke jaringan :
\
Cardiac
out put
\
Jumlah
eritrosit
\
Exercise
\
Hematokrit
darah, akan meningkatkan vikositas darah
A. PERTUKARAN O₂ DAN CO₂ DALAM PERNAPASAN
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada
kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran
tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih
banyak membutuhkan oksigen dibandingkan dengan pekerja ringan. Demikian juga
seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan
oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan
lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang
vegetarian. Dalam keadaan biasa,
manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi
dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen
udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi
hemoglobin darah berkurang. Oksigen
yang dibutuhkan itu akan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat
warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan
tubuh. Hemoglobin yang terdapat
dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau
hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.15
B. PERTUKARAN O2 DAN CO2
ANTARA ALVEOLUS DAN PEMBULUH
DARAH YANG MENYELUBUNG.15
Secara
sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihatkan menurut
persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4
+ O2 4 Hb O2 (oksihemoglobin)
berwarna
merah jernih
Reaksi di
atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar
O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri
demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara
inspirasi. Tekanan
seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mmHg, sedangkan tekanan O2
di lingkungan sekitar 160 mmHg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi daripada
tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mmHg. Oleh
karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena
pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2
mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mmHg menuju ke jaringan
tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mmHg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan.
Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di
jaringan di atas 45 mmHg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45
mmHg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya
sama yaitu 45 mmHg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu
dilepaskan ke udara bebas.
Berapakah
minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
jaringan?
Setiap 100
mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg dapat mengangkut 19 cc
oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mmHg maka hanya ada sekitar 12 cc
oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin
untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02
keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
C02 + H20 Þ
(karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap
liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah
menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan
CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yakni sebagai berikut :
1. Karbon
dioksida larut dalam plasma dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin
(23% dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses
berantai, pertukaran klorida (70% dari
seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3
Gangguan
terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena
turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan
Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.
Pengukuran
volume paru.14
Fungsi paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
- Volume tidal (TV): volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
- Volume cadangan inspirasi (IRV): volume udara maksimal yang dapat dihirup setelah inhalasi normal.
- Volume Cadangan Ekspirasi (ERV): volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
- Volume residual (RV): volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.
Kapasitas Paru.14
- Kapasitas vital (VC): volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal.
- Kapasitas inspirasi (IC): volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
- Kapasitas residual fungsional (FRC): volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.
- Kapasitas total paru (TLC): volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.
Fungsi paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
- Volume tidal (TV): volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
- Volume cadangan inspirasi (IRV): volume udara maksimal yang dapat dihirup setelah inhalasi normal.
- Volume Cadangan Ekspirasi (ERV): volume udara maksimal yang dapat dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
- Volume residual (RV): volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.
Kapasitas Paru.14
- Kapasitas vital (VC): volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal.
- Kapasitas inspirasi (IC): volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
- Kapasitas residual fungsional (FRC): volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal.
- Kapasitas total paru (TLC): volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.
Pengaturan
pernafasan.13
Mekanisme pernafasan diatur oleh 2 faktor utama :
1. Pengendalian oleh saraf
Pusat ritminitas di medula oblongata langsung mengatur otot otot pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur oleh 2 faktor utama :
1. Pengendalian oleh saraf
Pusat ritminitas di medula oblongata langsung mengatur otot otot pernafasan
Aktivitas medula dipengaruhi pusat
apneuistik dan pnemotaksis
Kesadaran bernafas dikontrol oleh korteks serebri
2. Pusat Respirasi
a. Medullary Rhythmicity Area:
- Area Inspirasi dan ekspirasi
- Mengatur ritme dasar respirasi
b. Pneumotaxic Area:
- Di bagian atas pons
- Membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan
ekspirasi
- Mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi
paru-paru terlalu mengembang
c. Apneustic Area:
- Membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan
ekspirasi
- Mengirim impuls ekshibisi ke area inspirasi.
Kesimpulan
2. Pusat Respirasi
a. Medullary Rhythmicity Area:
- Area Inspirasi dan ekspirasi
- Mengatur ritme dasar respirasi
b. Pneumotaxic Area:
- Di bagian atas pons
- Membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan
ekspirasi
- Mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi
paru-paru terlalu mengembang
c. Apneustic Area:
- Membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan
ekspirasi
- Mengirim impuls ekshibisi ke area inspirasi.
Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang saya
dapatkan adalah sesak napas dapat terjadi karena adanya gangguan pada struktur,
fungsi dan mekanisme pernapasan, juga
mekanisme transport O2 dan CO2. Khusus untuk sesak napas yang terjadi pada
seseorang yang sedang mengadakan ekspedisi pendakian gunung dapat disimpulkan
bahwa hal ini umum terjadi di ketinggian. Nama penyakit ini adalah High
Altitude Pulmonary Edema atau HAPE. Hipotesis kelompok pun diterima.
Daftar Pustaka
1.
Pengertian dan penjelasan sesak nafas beserta
penyebabnya. Diunduh dari www.g-excess.com/.../pengertian-dan-penjelasan-sesak-nafas-beserta-penyebabnya.html.com, 7 Mei 2012.
2. Wibowo
S. D, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009.h.75-6.
3. Wibowo
S. D. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2002.h.87.
4. Gunardi S. Anatomi sistem
pernafasan. Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.1-102.
5. Faiz
O, Moffat D, alih bahasa. Rahmalia A. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga;
2002.h.142-3.
6. Junqueira
LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007.p.
335-54.
7. Kuehnel.
Color atlas of cytology, histology, and microscopic anatomy. 4th ed Stuttgart:
Thieme; 2003.p. 340-51.
8. Eroschenko
V. P, alih bahasa. Tambayong J. Atlas histologi di Fiore dengan korelasi
fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC; 2003.h.241-2.
9.
Tadeus. Sistem respirasi. Diunduh
dari www.histologidrgtadeus.blogspot.com/.../13-sistem-respirasi.html.com, 8 Mei 2012.
10.
Alvyanto
E. S. Sistem pernafasan manusia. Diunduh dari www.alvyanto.blogspot.com/.../sistem-pernafasan-manusia.html.com, 8 Mei 2012.
12. Mekanisme pernafasan. Diunduh
dari www.bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor.../0077%20Bio%202-8d.html.com, 9 Mei 2012.
13. Sloane
E. Veldman J, penerjemah. Widyastuti P, editor Edisi Bahasa Indonesia. Anatomi
dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.90.
14. Anderson P. D. Anatomi fisiologi tubuh manusia.
Jakarta: EGC; 2009.h.219.
15. Murray R. K, Granner D. K, Roadwell V. W. Biokimia harper. 27th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG;2006.h.46-51.